Kamis, 19 Mei 2011

Untukmu dan Tentangmu


Yang aku tahu kau adalah sosok yang keras, tapi ternyata di balik itu kau adalah penyayang dan sangat lembut sekali hatinya. Tak jarang ku lihat air mata itu jatuh, walau kau selalu menyembunyikan itu.

Tak akan habis cerita tentangmu, Pa. Kau adalah sosok yang kuat, tegar dan pemberani. Aku sadar, kini usiamu semakin senja. Sayang sekali aku belum bisa berbuat banyak untukmu.

Suatu malam, saat kau sedang merasa rapuh aku pun berkirim SMS dengan beliau. Entah dalam untaian SMS yang ke berapa, setelah Beliau melarang kami untuk pulang ke rumah kemudian mengabarkan ada saudara yang meninggal, dan memberitahu kalau beliau ingin membicarakan sesuatu kepada kami anaknya, a Iqbal, Nzah dan Fifi, dan seterusnya dan seterusnya, hingga akhirnya muncullah rangkaian SMS di bawah ini ....

N : Pak, maafin nzah ya, selama ini belum bisa jadi anak yang berbakti. Maafin, kalau selama ini nzah Cuma bisa ngerepotin dan nyusahin bapa.

Saat itu, beliau sedang merasa down sekali, itu lah yang ku tangkap. Saat aku menelpon beliau, aku mendengar suara yang sangat lesu dan tak bergairah. Ah , Bapak ini kenapa sih??
Kemudian setelah aku mengirimkan SMS di atas, beliau pun menjawab...

P : Engga kok, sudah menjadi kewajiban bapak. Setiap waktu selalu berdo’a semoga anak-anak bapak menjadi anak yang sholeh dan solehah, bapak takut tidak bisa mengantar kamu berdua, itulah sebabnya bapak mohon selalu kamu selalu mendo’akan Bapak

Kontan air mata ku pun jatuh, jarang sekali kami berkomunikasi seintim itu, entahlah. Aku dan Bapak, seolah-olah ada benteng besar membentang yang membuat kita merasa tidak dekat. Tapi saya sangat bersyukur sekali, benteng yang membentang tinggi itu, sekarang sudah jatuh, rubuh, remuk rapuh dan tak berwujud. Saya merasakan ni’matnya dekat bersama bapak, orang yang dalam diriku, mengalir lah darahnya. Saya sangat senang sekali, ya! Haqqul yakin, tak ada kebohongan dalam diriku!

Sekarang Bapak menjadi sosok yang sangat perhatian. Pagi-pagi Beliau mengirimkan SMS yang pada intinya menanyakan kabar dan memastikan bahwa aku baik-baik saja. Ya Allah, sungguh tidak ada kebahagian lain, selain merasakan kedekatan ini. Aku sangat bersyukur, Engkaulah yang menghendaki ini semua. Saya berdo’a semoga saya bisa menjadi anak yang berbakti, anak yang sholehah seperti yang Ia selalu panjatkan kepada Rabbnya. Amiin.

Ya Allah, jagalah selalu kedekatan ini, yang semoga menjadikan kami lebih dekat denganMu, amiin.

Bapak, aku menyayangimu lebih dari semua kata yang tak sempat ku ucapkan.


kamar no.1, Annisa Boarding House, Bandung

10 komentar:

  1. waw.,
    nice post, jadi inget sama Aa (bapak)
    akhir-akhir ini agak jauh.
    terakhir smspun balesnya telat.,

    "maafkan anakmu ini Aa, entah saya sok sibuk, atau sibuk beneran, yang pasti saya sayang"
    :)

    BalasHapus
  2. Huwaaagh, jd inget kata Bapak nzah dulu pas jamannya SMA:
    Punya HP, biar lancar komunikasi. ini mah jarang ngehubungin Bapak. Atau dalam bahasa lain, jangan orang lain mulu yang di hubungin, ai ke orang tua jarang.

    Hhiks, ternyata Beliau ingin kita sering2 menghubungi beliau. Tapi sayng saat itu gak sadar.

    ya,smoga bisa jadi reminder agar lebih mnjaga komunikasi dg orang tua. Apalagi anak rantau di :

    Mumpung mereka masih ada, masih bisa di telpon dan di SMS ^^

    BalasHapus
  3. Hemm alhamudlillah diriku sudah sangat dekat dengan bapak ku tersayang.. hemmm saking dekatnya bisa telpn2an luama bgd,, hahaha tapiiii sedih kemaren ketika beliau menelpon terpaksa aku harus menutupnya ketika beliau masih snagat bergairah untuk bercerita2 [[aku mu siap2 ke kampus... udah telat eumm... ---->> jadi ngerasa bersalah bgd.. ^^]] kita harus deket dengan orang tua kita.. terkadang sosok ayah yang keras dan sangatb berbeda dengan ibu membuat anggapan bahwa ibulah yang lebih perhatian dan sayang ama kita padahal.. dua2nya sangat berjasa dan sama besarnya...semangat nzah.. ^^

    BalasHapus
  4. Hehe, waaah asik dong ci. Alhamdulillah kalo Oci deket dari dlu, perlu bnyak belajar dr Oci nih kyaknya :)

    ya, tp itu dlu sih ci, skg mah alhamdulillah lg deket2nya. kalo pasangan mah, ibaratnya lagi bulan madu. Hehe, emang ada ya, bulan madu sama Orang Tua??? Ada kali ya -,-"

    Smngaaat jugaa ^^

    BalasHapus
  5. istimewa yah, ayah tuh..
    dia punya cara sendiri bagaimana menyayangi kita, tidak selalu dengan menunjukannya pada kita.. ^^

    BalasHapus
  6. iya na, bner banget!

    Mkasi uda berkunjung. Gimana kabar blog mu nak??
    Hehehe

    BalasHapus
  7. ya kunjungi aja klo mo tau,, suka ga ada inspirasi teh.. haha

    BalasHapus
  8. Hahaha, ok ok.

    Giliran nzah ni ah, blogwalking!
    :)

    BalasHapus
  9. Apa...panggilan terindahku pada ayah. dingin, seram, egois, tegas, kesan itulah yang aku rasakan dari sosok Apa dulu, ditambah katanya ia mengidap darah tinggi. bisa dibayangkan, jika ia kesal pada kami...! di saat usiaku 15 tahun, ku mulai merasa banyak keinginan, ku beranikan diri untuk mengungkapkan semuanya. ya...ternyata, Apa tak seseram yang aku bayangkan!!!! beliau nyambung, pengertian, dan motivator. serius, entahlah, mungkin karena efek dari skripsi Apa tentang kenakalan remaja di SMA yang sedang digelutinya saat itu, jd Nyambuuuuuung bgt. dan sejak itulah aku berteman dekat dengan Apa. LOVE U DAD!

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah ...
    Hehe, asa kenal. Well, just wanna say welcome to the Blooging worlds!:)

    Memang mmbutuhkan waktu untuk mengenal dan dekat dengan orang yang kita sayangi, orang tua kita.
    Seiring berjalannya waktu kita menjadi sadar, bahwa ternyata mereka tidak seseram yang kita banyangkan.

    Never ending learning.
    Mkasih sudah berkunjung teh :)

    BalasHapus